BENARKAH MAYORITAS BANGSA INDONESIA
BERAGAMA ISLAM ?
BERAGAMA ISLAM ?
Guru SD Negeri I Jati – Kec. Batujajar Kab. Bandung Barat
PENULIS sengaja membuat judul artikel ini dengan sebuah pertanyaan, dengan harapan siapapun umat Islam yang sempat membaca tulisan ini timbul rasa penasaran untuk introspeksi diri alias muhasabatunnafsi, bertanya pada diri sendiri. Betulkah saya, anda dan mayoritas bangsa Indonesia adalah Muslim ?
Secara formalitas jangankan orang dewasa bahkan anak-anak usia SD pun sudah tahu bahwa secara kuantitas bangsa Indonesia mayoritas mengaku beragama Islam. Bahkan Indonesia tercatat sebagai Negara terbesar penduduk muslimnya di dunia. Yang menjadi esensi dari pertanyaan pada judul artikel ini adalah sejauh mana umat Islam Indonesia memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah Rosulullah saw. secara utuh menyeluruh (kaffah), konsisten (istiqamah) dan konsekuen dalam perilaku kehidupan sehari-hari baik secara individu maupun secara kolektif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bila kita cermati dengan seksama, mayoritas umat Islam Indonesia jangankan mau melaksanakan syari’at Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari, bahkan untuk sekedar tahupun terhadap syari’at Islam mayoritas umat Islam belum berminat. Bahkan yang agak menyedihkan tidak sedikit umat Islam Indonesia baik dari kalangan tokoh masyarakat dan elit politik maupun masyarakat jelata yang antipati bahkan fobby terhadap syari’at Islam.
Penulis berasumsi barangkali yang menjadi faktor penyebab umat Islam tidak mau menjalankan syari’at Islam, karena mereka awwam tidak memahami apa hakikat Islam.
Pepatah mengatakan KALAU TAK KENAL MAKA TAK SAYANG. Terinspirasi dengan pepatah tersebut dalam tulisan sederhana ini penulis mencoba memperkenalkan Islam kepada para pembaca. Maaf, penulis tidak beranggapan bahwa para pembaca tidak mengenal Islam. Maksud penulis hanya menyamakan persepsi dan interprestasi sejauh mana kita selama ini mengenal, memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
Benar secara kuantitas penduduk Indonesia mayoritas memeluk agama Islam. Namun bila kita cermati dengan seksama masih banyak umat Islam yang verbalisme (tahu nama tidak tahu isi) terhadap Islam. Buktinya, banyak sekali ucapan dan tindakan umat Islam sehari-hari yang tidak sesuai dengan aqidah dan syariah Islam. Jangankan orang yang belum mau melaksanakan ajaran Islam, orang yang sudah mau menjalankan syariat Islampun masih banyak yang tidak sesuai dengan aturan/hukum Allah dalam Al Qur’an dan sunnah (contoh) Rosulullah saw. dalam berkeyakinan dan beramal.
Seandainya kita mengetahui, wahai umat Islam ! Sesungguhnya Allah swt adalah Tuhan kita yang menciptakan kita dan memberi rizki kepada kita. Dialah Allah Tuhan yang Esa tiada yang menyertai dan menyamaiNya. Sesungguhnya kita diwajibkan menyembah hanya kepadaNya. Kita juga harus mengenal bahwa Nabi Muhammad saw. adalah utusanNya kepada kita dan kepada seluruh umat manusia. Ketahuilah tidak syah keimanan kita kepada Allah dan Rosulullah saw. bila kita tidak mengenal Islam, tidak mengimaninya dan tidak mengamalkannya.
Lalu apakah Islam itu ? Islam adalah hendaklah kita bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw utusanNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadahn dan menunaikan ibadah haji bagi yang kuasa. (H.R. Mutaffaq ‘alaih). Islam adalah agama yang maha tinggi, agama yang benar, agama yang diridhoi Allah swt. sebagaimana firmanNya “ Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam” Q.S. Ali ‘Imraan : 19. begitu juga Allah berfirman “. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Q.S. Ali Imraan : 85.
Arti secara umum dari kedua ayat di atas adalah Allah swt mengabarkan kepada kita bahwa Islam adalah agama yang diridhoiNya, siapapun yang memeluk agama selain Islam tidak akan diterima oleh Allah, di akherat kelak termasuk orang-orang yang merugi. Hanya orang muslimlah yang akan berbahagia diakherat kelak, orang-orang yang tidak memeluk Islam akan mendapat siksa neraka di hari kemudian. Tanamkanlah keyakinan itu dalam hati, jangan sampai tergoda dengan ungkapan bahwa semua agama itu benar, semua agama menyelamatkan. Tidak boleh fanatic, menuduh agama lain salah dan sesat. Waspada, ungkapan itu jangan sampai menggoyahkan aqidah dan keyakinan kita. Semua Nabi dan Rosul dari mulai Nabi Adam as. sampai Rosul terakhir Muhammad saw diutus oleh Allah membawa ajaran yang sama yaitu agama ISLAM. Orang Islam yang akan selamat adalah umat Islam yang mengenal, memahami dan mengamalkan Al Qur’an dengan cara mengikuti contoh Rosulullah Muhammad saw. Sebagaimana Allah berfirman “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Q.S. Ali ‘Imraan : 31.
Agama Islam yang dibawa oleh Rosulullah saw, telah sempurna tidak perlu dimodifikasi (ditambah/dikurangi) isi ajarannya oleh para pemeluknya. Allah berfirman dalam Q.S. Al Maidah :3 ” Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. “ Ayat ini dengan tegas mengabarkan bahwa syari’at Islam yang disampaikan oleh Rosulullah telah sempurna isinya meliputi aqidah, ibadah, mu’amalah, munakahah, siyasah, jinayah sampai khilafah yang dibutuhkan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akherat kelak.
Secara umum umat Islam sudah tahu bahwa rukun Islam adalah lima. Rukun yang pertama yaitu Syahadatain : ASHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAH. “ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”. Setiap umat Islam wajib mengenal, memahami dan mengamalkan isi kalimat syahadat ini. Bila mereka tidak mengenal maknanya, tidak memahami dan tidak mengamalkan isinya, maka tidak bermanfaat ucapan syahadat dengan lisannya. Makna utama dari pengakuan LAA ILAAHA ILLALLAH (Tiada Tuhan selain Allah) adalah meyakini sepenuh hati bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, tiada Tuhan selain Dia, dan tiada pula yang menyertai dan menyamaiNya. Menyembah atau beribadah artinya dengan hati tulus ikhlas melaksanakan segala perintahNya sesuai dengan kemampuan dan meninggalkan segala apa yang dilarangNya.
Barang siapa yang tidak mengenal Allah dan tidak menyembahNya maka mereka adalah orang kafir. Dan barang siapa mengenal Allah dan beribadah kepadaNya tapi menyembah pula Tuhan selainNya maka mereka adalah orang musyrik.
Makna ASHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAH adalah hendaklah umat Islam mengetahui dan meyakini sepenuh hati bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah untuk seluruh umat manusia. Dia hamba Allah yang tidak boleh disembah tetapi harus ditaati, diikuti dan dicontoh segala ucapan dan perbuatannya. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Q.S. Al Hasr : 7. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. Begitu juga tercantum dalam Q.S. An Nisaa : 65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. Berdasarkan dua ayat di atas Allah dengan tegas menyuruh umat Islam mentaati Rosulullah saw. Bila memerintah harus sesuai dengan perintah Roasulullah dan begitu pula bila melarang harus sesuai dengan yang dilarang Rosulullah saw. Beliau juga bersabda :” Barang siapa yang beramal tidak sesuai dengan perintahku maka amalnya ditolak (tidak diterima).” H.R. Muslim dan lainnya.
Untuk mengukur salah tidaknya keyakinan dan amal perbuatan seseorang muslim baromaternya adalah Al Qur’an dan Sunnah Rosulullah saw.
Di dalam ayat Al Qur’an banyak terdapat lafad Islam dengan berbagai perubahan bentuk dan perbedaan arti, antara lain :
1. ASLAMA artinya pasrah, menyerahkan diri. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. Ali ‘Imraan : 83 “ Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah ASLAMA (menyerahkan diri) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
2. ISTASLAMA-TASLIIM-MUSTASLIMUN artinya menerima sepetuh hati terhadap hukum Allah. Tercantum dalam Q.S. An Nisaa : 65 “ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.( YUSALLIMU TASLIIMAA)” Tercantum pula dalam Q.S. Ash Shoffat : 26 “ Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.(MUSTASLIMUUN)”
3. SALIIM artinya bersih atau suci. Tercantum dalam Q.S. Asy Syu’ara : 88,89 “ (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (SALIIM)”. Dalam Q.S. Ash ShAffat : 84 “ (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci (SALIIM). * maksud datang kepada Tuhannya ialah mengikhlaskan hatinya kepada Allah dengan sepenuh-penuhnya.
4. SALMI / SALM artinya damai. Tercantum dalam Q.S. Muhammad : 35 “Janganlah kamu lemah dan minta damai (SALMI) padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.” Tercantum pula dalam Q.S. Al Anfaal : 61. Dan jika mereka condong kepada perdamaian(SALMI), Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
5. SALAAM artinya kesejahteraan atawa keselamatan. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. Az Zumar : 73 “ Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya Telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (salaamun) dilimpahkan atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".
6. SALLAM artinya menyelamatkan. Sebagaimana tercantum Q.S. Al Anfaal : 43 “(yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah Telah menyelamatkan (SALLAM) kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.”
7. SULLAM artinya taangga. Tercantum dalam Q.S. Ath Thuur :38 “Ataukah mereka mempunyai tangga (sullam) ke langit untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata.”
Dari beberapa lafad ISLAM yang terdapat dalam ayat Al Qur’an dengan berbagai perubahan bentuk lafad dan makna kata, dapat disimpulkan bahwa ISLAM artinya pasrah, menyerahkan diri kepada Allah, bersih, suci, damai, sejahtera, selamat dan menyelamatkan. Lalu bagaimanakah aplikasi arti ISLAM dalam sifat, karakter dan perilaku umat Islam dalam kehidupan sehari-hari ? Perlu kiranya kita akui secara jujur bahwa umat Islam mayoritas belum mau dan belum mampu mengaplikasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai syari’at Islam dalam aktifitas kehidpunnya. Syekh Muhammad Abduh mengatakan AL ISLAMU MAHJUBUN BILMUSLIMIN artinya keluhuran dan kemulian ajaran Islam tertutup/tercemari oleh perilaku umat Islam. Memang betul masih banyak umat Islam yang melakukan penyimpangan dan kesalahan dalam memahami dan mengamalkan syari’at Islam baik dibidang aqidah, ibadah, muamalah, munakahat, jinayah dan khilafah.
- Penyimpangan dalam bidang aqidah (keyakinan) dan ibadah
Aqidah atau keyakinan, keimanan yang esensi dan fundamental dalam ajaran Islam adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah secara total baik dzat, sifat, maupun af’al (perbuatan) Allah. Prinsif dasar aqidah Islam sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al Ikhlas : 1- 4. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Tercantum pula dalam Q.S. Al Fatihah : 5. Hanya kepada Engkaulah yang kami menyembah *, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan**
[*] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan hati ikhlas dan yakin terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[**] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
Fenomena dalam realita kehidupan masih banyak umat Islam yang melakukan ritual penyembahan dan permintaan tolong kepada selain Allah. Mereka terjebak dalam kemusyrikan, baik secara terang-terangan (syirik kabir jally) maupun secara tersamar (syirik kabir khofy). Penyakit TBC ( Takhayul, Bid’ah dan Churafat) masih kronis menggerogoti aqidah dan ibadah umat Islam. Padahal perbuatan syirik adalah dosa besar yang tidak akan diampuni Allah bila terbawa mati. Sebagaimana tercantum dalam Q.S. An Nisaa : 48 dan 116 “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” Hal ini sering kita saksikan dalam kehidupan masyarakat. Masih banyak umat Islam yang masih meyakini hal-hal yang bersifat mistik, klenik, kekuatan supranatural pada benda-benda tertentu (animisme dan dinamisme). Jangankan umat Islam awam yang tinggal dipinggir hutan, para intelektual yang tinggal di kota metropolitan, memiliki seabreg gelar akademik tapi mereka banyak yang mempercayai hal-hal yang bersifat magic, ramalan para normal, dan kekuatan supranatural. Begitu juga para politisi yang ingin menduduki kursi bergengsi jabatan eksekutif dan legislatif. Dalam rangka meraih dukungan tidak sedikit yang dibumbui oleh mantera-matera para dukun yang dianggap sakti, datang ke para normal yang diyakini memiliki kekuatan supra natural. Semuanya itu adalah bentuk kemusyrikan yang sangat dimurkai Allah.
Begitu pula dalam pelaksanaan ibadah ritual seperti berdo’a, shalat, shaum bahkan ibadah haji dan ibadah ritual lainnya tidak sedikit yang dibumbui dengan perbuatan bid’ah tidak sesuai dengan cara yang dicontohkan Rosulullah saw. Perbuatan bid’ah dalam aqidah dan ibadah ritual adalah amal sesat yang tidak diridhoi Allah. Sebagai mana Rosulullah bersabda :” Sebaik-baiknya perkataan adalah kitab Allah (Al Qur’an) dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Rosulullah (Sunnah) dan seburuk-buruknya perkara adalah perkara yang baru (dalam ibadah), setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”. H.R. Jama’ah.
- Penyimpangan dalam bidang mu’amalah, manakahat, jinayah dan khilafah (sosial, ekonomi, politik dan budaya).
Syari’at Islam disamping berisi aqidah (keimanan) dan ibadah ritual (hablumminallah) juga mengandung aturan tentang aturan hubungan sosial kemasyarakatan (hablumminanasi). Prinsip dasar tentang aturan hubungan sosial kemasyarakat dalam Islam adalah mashlahatul mursalah, kemaslahatan umum, kesejahteraan sosial dan akhlak mulia. Rosulullah saw. bersabda : “ Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak “. Pada hadits lain Rosulullah bersabda : “ Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Kriteria umat Islam yang baik menurut Rosulullah adalah : “ Seorang muslim adalah orang menyelamatkan orang lain dengan ucapan dan perbuatannya.”
Berdasarkan tiga sabda Rosulullah saw di atas kita dapat mengevaluasi sifat dan akhlak umat Islam di negara kita dewasa ini. Perlu kita akui secara jujur bahwa bangsa Indonesia yang nota bene umat Islam dewasa ini sedang mengalami krisis akhlak dan dekadensi moral. Krisis multi dimensi yang terjadi di negara kita saat ini adalah dampak negatif dari krisis moral bangsa. Berbagai bentuk perbuatan tidak terpuji, akhlak tidak bermoral telah mewarnai perilaku masyarakat diberbagai strata. Kita saksikan berbagai tindakan korupsi terjadi di setiap instansi, para koruptor ada di setiap kantor, para pejabat banyak yang jadi penjahat, pelaku kriminal semakin profesional, pelaku kejahatan semakin militan, pornoaksi dan pornografi sudah dianggap tradisi. Para konglomerat banyak yang tidak peduli kepada masyarakat melarat, judi semakin menjadi, pecandu NARKOBA ada dimana-mana terutama dikalangan generasi muda. Sebaliknya orang sholeh termasuk makhluk aneh, orang bertakwa terbilang langka, orang suci hati sulit dicari, orang taat pada syari’at sulit terlihat, orang yang hendak menegakkan syari’at dianggap pengkhianat, orang yang beramar ma’ruf nahyi mungkar dianggap berbuat makar. Orang benar dianggap berbuat onar, orang jujur semakin terkubur, orang berbuat adil semakin terkucil. Orang baik dianggap fanatik.
Mengapa semua ini terjadi ? Jawaban yang pasti adalah keimanan dan ketakwaan telah berkurang bahkan hilang di hati sanubari umat Islam Indonesia. Keimanan hanya sekedar pengakuan, ketaqwaan tidak nampak dalam kenyataan. Islam hanya pengakuan formal, tidak nampak dalam etika dan moral. Semoga tulisan ini dapat menggugah kesadaran untuk menyadari kesalahan, agar timbul motivasi untuk memperbaiki diri, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan agar nampak dalam tutur kata, cipta dan karsa. Semoga janji pasti Allah yang tercantum dalam Q.S. Al A’raaf : 96 terbukti : “Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri mereka beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” Bila keimanan hanya sekedar pengakuan lisan, keamanan sulit jadi kenyataan. Bila ketakwaan tidak nampak dalam amal perbuatan maka kesejahteraan hanya sekedar hayalan tidak akan nampak dalam kenyataan. Bila mengaku beragama Islam hanya formalitas, maka kehidupan sosial kemasyarakatan tidak akan berkualitas. ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar