Sabtu, 07 Mei 2011

BULAN MEI PENUH ARTI


Oleh : Dedi Suherman
Guru SDN 1 Jati Kec. Batujajar Kab. Bandung Barat

Di tengah-tengah suasana negara gonjang-ganjing oleh berbagai kasus yang muncul di bidang ekonomi, sosial, politik dan hukum. Tidak salah kiranya bila kita menengok peristiwa sejarah masa silam untuk dijadikan pelajaran dan modal berharga menatap dan menata langkah ke depan dalam memperbaiki kondisi negeri. Seluruh warga bangsa ini pasti sudah tahu bahwa pada bulan Mei ada dua peristiwa berharga bagi bangsa Indonesia yaitu 2 Mei Hari Pendidikan Nasional dan 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional.
            Hardiknas dan Harkitnas memiliki korelasi yang sangat erat. Dengan pendidikan menyadarkan anak bangsa ini untuk bangkit bersama-sama melawan kedholiman dan hegonomi penjajah. Selama 3 abad ( 1511-1900 ) bangsa kita berada dalam cengkraman penjajah bangsa Eropa terutama Belanda, pada saat itu bangsa kita tidak mampu mengusir penjajah. Faktor penyebabnya bukan karena bangsa ini tidak gigih berjuang mengorban harta, tenaga dan nyawa untuk mengusir penjajah. Tetapi perjuangan pada waktu itu tidak membuahkan hasil penyebabnya antara lain :
1.      Perlawanan melawan penjajah masih bersifat local (kedaerahan), belum tumbuh rasa nasionalisme.
2.      Perlawanan tergantung kepada kekuatan seorang pemimpin kharismatik. Sehingga ketika pemimpinnya ditawan atau terbunuh, perlawanan akhirnya lumpuh.
3.      Tidak ada kontinuitas perjuangan sehingga mudah dipatahkan penjajah.
            Memasuki abad 19, C.Th. Van Deventer mengeritik kolonial Belanda dalam tulisannya yang berjudul Een Eereschuld (Suatu Utang Budi). Menurut Van Deventer kemakmuran negeri Belanda diperoleh karena kerja dan jasa orang Nusantara. Belanda harus menyelenggarakan membalas budi dengan membangun irigasi, transmigrasi dan edukasi. Kritikan itu ditanggapi Belanda. Walaupun pada dasarnya politik etis untuk kepentingan penjajahannya juga, namun  memiliki dampak positif juga bagi bangsa Indonesia. Dengan dibukanya kran pendidikan bagi in lander (bumi putra) melahirkan kesadaran nasionalisne, mereka mengenal berbagai ide barat seperti liberalisme, demokrasi, hak-hak azasi manusia dan hak kebebasan sipil. Istilah Indonesia mula-mula diperkenalkan oleh Soewardi Soeryaningrat (Ki Hajar Bewantara) Bapak Pendidikan Nasional, ketika beliau dibuang ke Negeri Belanda tahun 1913. Nama Indonesia akhirnya mempunyai makna politis. “Indonesia” berarti identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan.
            Penggunaan istilah “Indonesia” semakin luas dari hari ke hari. Istilah tersebut dipilih oleh para tokoh nasionalis untuk membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan. Pada tanggal 20 Mei 1908 lahirlah organisasi Budi Utomo, setelah itu berdiri pula berbagai organisasi lainnya. Pada tanggal 28 Oktober 1928, diselenggarakan Kongres Pemuda II di Jakarta yang melahirkan ikrar ” Sumpah Pemuda ”. Yang mencantumkan nama Indonesia sebagai satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Singkat cerita dengan tumbuhnya rasa nasionalisme semangat untuk merdeka membahana dalam jiwa bangsa Indonesia, sehingga dalam kurun waktu sekitar 50 tahun tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indosesia berhasil memproklamirkan kemerdekaan.
            Intisari dari perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan adalah :
1.       Persatuan dan kesatuan melahirkan jiwa nasionalisme menjadi kunci utama membuahkan kekuatan.
2.       Pendidikan merupakan faktor utama untuk menumbuhkan kesadaran, berpikir realistis, sistematis, sehingga perjuangan dapat berhasil secara efektif dan efesien.
3.       Semangat rela berkorban tanpa pamrih pada jiwa para tokoh, pemimpin organisasi mampu mengobarkan semangat juang rakyat untuk berperan aktif memberikan dukungan tenaga, harta dan nyawa demi tercapainya cita-cita mulia negara merdeka.

                        Mari kita hubungkan fakta sejarah yang dipaparkan di atas, untuk melangkah melanjutkan pembangunan negeri ini pada masa depan. Intisarinya adalah :
1.      Pendidikan merupakan modal utama untuk membangun negara. Maka komitmen memprioritaskan pendidikan yang berkualitas adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Pendidikan yang mampu mencetak generasi unggul yang memiliki otak cerdas, hati ikhlas dan mau bekerja keras merupakan kunci kebangkitan dan kemajuan bangsa.
2.      Para pimimpin, tokoh politik, tokoh organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan yang memiliki semangat juang, konsisten dan konsekuen memperjuangkan kepentingan nasional, merupakan magnet yang memiliki daya tarik yang besar untuk menggerakan semangat berkorban pada jiwa seluruh lapisan masyarakat bangsa Indinesia.
                        Kebangkitan bangsa ini sulit terbukti bila faktor-faktor tersebut di atas tidak terealisasi. Bila pendidikan dianggap program sampingan tidak dilaksanakan secara profesional, bila para pemimpin politik yang berkompetisi menduduki kursi hanya didorong motivasi dan ambisi memenuhi kepentingan pribadi dan organisasi, maka kebangkitan negeri ini hanya ada dalam mimpi. Bila persatuan, kesatuan dan soliditas hilang, maka kekuatan dan stabilitas pun melayang.
                        Marilah dua peristiwa sejarah masa silam di bulan Mei ini, kita tindak lanjuti secara berkesinambungan, bukan hanya diperingati secara seremonial melupakan esensi pesan moral yang terkandung di dalamnya. Marilah kita bersama-sama menyingsingkan kedua lengan baju untuk melanjutkan cita-cita mulia para pounding father yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dengan menanamkan semangat rela berkorban, ikhlas berjuang dalam jiwa setiap insan demi kejayaan negara dan kesejahteraan masyarakat bangsa.***







Tidak ada komentar:

Posting Komentar